Membongkar ‘Sejarah’ Bung Karno

"bung karno"Judul tulisan ini jelas tampak berlebihan. Sepertinya tak akan pernah siapapun membongkar sejarah seorang Sukarno. Namun karena yang saya maksud adalah ‘Sejarah’ dalam sesanti “Jangan Sesekali Melupakan Sejarah (Jas Merah)”, hal itu menjadi masih memungkinkan. Terlebih dalam artikel sesingkat penulisan blog, saya bahkan lumayan memungkinkan untuk terbebas dari tuntutan kaidah penuntasan. Meski begitu, bukan berarti lantas saya boleh ngawur. Tulisan ini saya sajikan untuk turut merayakan Bulan Bung Karno yang jatuh di setiap bulan Juni.


Ada dua hal yang bisa kita garis bawahi dari pesan Bung Karno tersebut. Pertama adalah ajakan untuk selalu ingat. Ajakan ini belakangan telah lumayan bagus diterjemahkan oleh beberapa aktivis muda dalam gerakan “Semangat Melawan Lupa”. Ke dua adalah nilai pentingnya sejarah. Seorang Sukarno memilih ‘Sejarah’ bukan sekadar karena enak dibikin akronim unik sebagaimana kebiasaannya, tapi tentulah sesuatu yang lebih bernilai penting bagi masa depan sebuah bangsa. Sukarno tidak memilih ‘Mitologi’ ataupun ‘Babad’. Dia memilih ‘Sejarah’, dan ini yang kita bongkar.


Memingit Mitologi


Mitologi adalah rangkaian dongeng panjang berisi kisah kepahlawanan kesatria (Epos), raja-raja, dan para dewa. Mitologi tumbuh di ranah spiritual, sehingga tak sedikit kitab suci yang mengadopsi ajaran dari kekisahnya, atau sebaliknya, tuntunan spiritual dan atau agama yang dirajut dalam bentuk mitologi. Mitologi tentu saja bukan sebuah sumber yang bisa dijadikan sandaran ilmiah, kecuali dalam rangka kemitologisannya. Untuk urusan akademis, mitos harus dipingit di tempat sepi. Namun untuk menjadi sandaran berkeyakinan, mitologi tak pernah mendapat lawan. Dan Sukarno tak mau melewatkan itu. Dalam sebuah pidatonya yang hebat, Sukarno menyitir sebuah keadaan yang nyaman di suatu negeri dalam mitologi Ramayana. Negeri yang nyaman, segalanya tercukupi, namun Sukarno tidak menghendaki bangsa Indonesia mengalaminya. Menurut Sukarno negeri semacam itu tidak akan menjadi negeri yang besar. Bangsa yang hidup dalam negeri seperti itu tak akan pernah menjadi bangsa yang besar. Bangsa yang besar adalah bangsa yang setiap hari digembleng oleh keadaan, hampir hancur-lebur, berjuang dan bangkit kembali. Pidato yang amat menyalakan jiwa revolusioner itu seperti biasa disambut tepuk tangan meriah dari rakyatnya. Semangat revolusioner adalah sikap imaniah, bukan sikap ilmiah. Sukarno tahu sekali bahan bakar apa yang harus dia pakai untuk memanaskan keimanan, dan minyak apa untuk menyalakan sikap akademis.


Banyak mitologi besar telah membantu menggerakkan roda peradaban dunia selama berabad-abad. Dongeng tanah Valhala, petualangan Gilgames Babilonia, epos Mesir, roman para kaisar dan bidadari China, legenda manusia perkasa Indian Maya-Inca, kisah penciptaan alam dalam I La Galigo, dan tentu saja bisa Mahabharata atau tragedi dari Yunani . Peradaban mitologis kemudian tergerus oleh tatanan dunia yang terus berkembang menuju kehidupan yang rasional. Perubahan tatanan ini disiapkan secara gradual oleh para moyang peradaban, pujangga. Ajaran-ajaran moral yang baik bagi kemasyarakatan tetap dipertahankan, dan sastra tinggi dijadikan elemen utama untuk menjembatani sikap spiritual dengan realitas yang kemudian muncul. Maka, babad menjadi babak penceritaan di era-era berikutnya.


Membabat Babad


Babad adalah catatan peristiwa berdasar kisah nyata namun amat kental bumbu mitos di dalamnya. Posisinya berada di antara mitologi dengan sejarah. Biasanya mengisahkan berdirinya sebuah kerajaan atau perjalanan spiritual juga kaprawiran seorang tokoh. Modus yang sering sering terlihat adalah menautkan proses terbentuknya sebuah tempat ataupun pusat kekuasaan (Kerajaan), juga penguasa yang menjadi tokoh utama dengan kisah mitologis masa lalu. Raja ini adalah keturunan jauh Dewa Matahari, atau penguasa itu berpacaran dengan Dewi Laut Kidul, dan seterusnya. Karenanya, isi sebuah babad tak cukup layak dijadikan acuan bukti akademis selain nilai sastrawi dan kebabadan itu sendiri.


Namun begitu, babad bukanlah manuskrip yang mati. Pesan-pesan di dalamnya terbuka untuk terus dikaji. Sehingga tanpa nyana atau tanpa diduga, tak jarang sebuah kisah bahkan rahasia masa lalu bisa tersingkap dari analisa babad. Babad ataupun bahkan mitologi yang telah teranalisa dan cukup teruji barulah bisa dijadikan acuan akademis. Meskipun demikian, keluangan seperti itu tak serta-merta diambil oleh para akademisi, terlebih yang beraliran ketat karena diangap mengawatirkan dalam mempertaruhkan kredibilitas sebuah karya ilmiah. Sebab bagaimanapun, babad lebih memijakkan kakinya di wilayah sastra dan bukan murni sajian realita. Penulisan akademis harus terbebas dari anasir sastrawi pemujaan. Di dalam babad, anasir itu amat dominan, karenanya babad harus dibabat demi penulisan akademik yang bermartabat.


Menjarah Sejarah


Sejarah adalah sebuah peristiwa bernilai penting dalam perjalanan suatu bangsa dan atau negara, yang nyata, yang tersusun dari runtutan kejadian bernilai kebenaran. Pengertian nyata berati bukan suatu riwayat yang mitologis, dan pengertian kebenaran berarti terbebas dari muatan kepentingan ala babad. Ketika sejarah mengandung mitos dan/atau muatan kepentingan, dia harus diragukan kebenarannya. Kaki sejarah berpijak di tanah air keilmuan. Sebagaimana kaidah ilmu yang harus jujur, sejarah diupayakan seketat mungkin berjalan di atas rel itu.


Sesanti Jas Merah itu mengandung pengertian untuk termasuk tak memungkiri kenyataan bahwa ‘merahnya’ juga lantaran lumuran darah. Membasuh darah lantaran menganggapnya sebagai noda sejarah, mungkin bisa disebut sikap moralis, tapi jelas bukan tindakan akademis. Generasi bangsa mendatang harus tahu dan rela menerima sejarah moyang dengan apa adanya. Sebab tidak sepanjang perjalanan bangsa melulu berisi perdamaian dan harmoni. Pertikaian, pembunuhan, konspirasi busuk, dan segala keculasan politik juga sebuah kenyataan yang ada.


Rasanya pemahaman ini amatlah perlu, guna membantu meredam sikap pesimis kita akan masa depan negeri ini. Sikap yang terbangun karena gelontoran kerunyaman tak kunjung henti mengusik rasa nyaman dan semangat kebebasan. Seperti yang dilakukan oleh para penganut kekakuan nilai dengan menghadang keriangan, kaum yang gampang gemetar akan kekuatan dialektika, lantas membubarkan diskusi dengan satu-satunya kemampuan mereka: Keberingasan. Sukarno mewanti generasi penerus bangsa agar tak mengkeret oleh ulah para cecunguk itu. Sukarno memang menekankan agar kita cinta damai, tapi harus lebih mencintai kemerdekaan. Saya menangkap pesan tersebut agar para pemuda revolusioner haruslah tegas menghadapi perusuh kemerdekaan. Jika diperlukan, pendarahan adalah anak kandung revolusi. Tak perlu menebar sikap damai bagi perusak kemerdekaan. Perdamaian adalah semacam keadaan harmonis dalam dunia para peri, sedang kemerdekaan adalah keadaan yang harus direbut serta dijaga dengan keras dan melelahkan, tapi itu nyata, bukan dongeng.


Kemerdekaan Indonesia adalah sejarah. Sejarah pembebasan sebuah bangsa. Dan itu bernilai amat mahal. Meluruskan dari yang bengkok, menjernihkan dari yang kabur, melestarikan sebelum dihanguskan, adalah tugas kita bersama. Sebab apabila ada yang menjarah sejarah bangsa, kemudian mengubah seolah milik diri dan/atau kelompoknya, maka sejarah bangsa tak lagi layak menjadi referensi bersama. Ia mungkin akan diusir dari ruang akademis untuk dipenjara dalam kamar babad atau sekadar mitos. Bahkan berkemungkinan kelak mitos itu dipakai untuk memenjarakan bangsa yang merindu dan menanyakan sejarahnya.


Selamat Ulang tahun Bung!

This entry was posted in Nasionalisme and tagged , , . Bookmark the permalink.

73 Responses to Membongkar ‘Sejarah’ Bung Karno

  1. martoart says:

    Gambar Bung Karno saya olah visual dari yang tersedia di Google. Bulan Bung Karno; http://www.bulanbungkarno.com/Home.aspxSelamat mendengarkan pidato sastrawi dalam musikalisasi kontemporer Kelompok Kampungan…

  2. *baru lihat judulnya, langsung bikin kopi dulu buat nemenin baca

  3. Mempertahankan kemerdekaan jelas hal yang sangat sulit tapi mulia untuk dilakukan. Cara & semangat mempertahankan kemerdekaan begitu banyak ragamnya sesuai dg visi & misi kelompoknya masing-masing. Ini jelas dibutuhkan kepemimpinan yg efektif yg mampu menengahi persoalan tsb, sehingga “Persatuan Indonesia” tidak menjadi ilusi sejarah.Melalui prinsip kepemimpinan yg efektif, Sukarno pun dimasanya juga berusaha menyatukan keragaman tsb melalui konsep Nasakom-nya. Meski akhirnya gagal.*itu video yg diembed mengingatkanku pas nginep di HoR, konsep musikalisasi-nya apik tenan 🙂

  4. penuhcinta says:

    Membaca dan merenungkan, tapi belum sanggup memberikan komen. Boleh ya aku baru kasih komen setelah pembacaan kesekian kalinya.

  5. Sik, mencerna dulu sambil bengong di kereta

  6. bimosaurus says:

    Menurut saya, sejarah, pada umumnya adalah milik pemenang. Konon bung Karno juga menyetir dan membentuk sejarah versi dia sendiri yang akhirnya membuat dia dikenang. Meski akhirnya beliau juga harus mengalami hitam sejarah karena terbelokkan orde barubtw.. mbak ari klimax nggak ngomong-ngomong

  7. ohtrie says:

    Weh hari lahir Bung Karno ya iki…Bentar lagi lagi berarti hari lahir Wahyu Bimo Ocong Soekarno… Tapi keknya sebelum itu ada hari lahir Presiden MPID juga…mulai membaca jurnal

  8. bimosaurus says:

    ohtrie said: Weh hari lahir Bung Karno ya iki…Bentar lagi lagi berarti hari lahir Wahyu Bimo Ocong Soekarno… Tapi keknya sebelum itu ada hari lahir Presiden MPID juga…mulai membaca jurnal

    2 hari lagi hari lahir pak harto19 hari lagi hari lahir pak habibienek Gusdur, Megawati ra ruh

  9. seblat says:

    makanya saya bangga saat terlibat “menjaga” sejarah semburan lumpur lapindo. agar terawat di kepala anak2. lalu mengajak mereka mencatat sejarah versi mereka. setidaknya ketika ada upaya pembengkokan sejarah suatu saat, mereka tak sekadar teriak, tetapi memiliki bukti tertulis. selamat ultah pak bung karno (jare tonggoku) 🙂

  10. Oo ya oo ya oo ya bongkarOo ya oo ya oo ya bongkar

  11. Namanya Babad kan penuh dengan romantisasi dari sejarah sebenarnya. Yah, sami mawon, tapi minimal bisa jadi sebagian rujukan sejarah meski kevalidannya kerap diragukan. Maklum dulu bangsa kita kan tradisinya suka lisan, tidak tertulis jadi versi sejarahnya suka pada kurang nyambung.

  12. rengganiez says:

    agar kita cinta damai, tapi harus lebih mencintai kemerdekaan.——–Sepakattttt…karena ‘damai’ bisa didapat dengan kepura2an..pura2 baik-baik saja padahal terkekang. Merdekaaaaaaa

  13. What is history but a fairy tale agreed upon? It will always be same: victors write history, losers write secret history.

  14. luqmanhakim says:

    Komentarku buat tulisan menarik ini dimulai dengan berpikir atas pilihan untuk jadi orang kanan, orang kiri, atau orang tengah… Bung Karno milih jadi orang tengah(?)Seseorang itu harus memilih, jadi kanan, jadi kiri atau sesialnya jadi tengah. Sial jadi tengah karena memang harus jadi bunglon, demi dikatakan tidak berpihak ke kanan dan ke kiri, mengiyakan idealisme kanan dan kiri, lantas dibilang tengah. Tahun 1961 Bung Karno bersama 5 pemimpin bangsa lain, Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdul Nasser (Mesir), Pandit Jawaharlal Nehru (India), dan Kwame Nkrumah (Ghana), mendirikan NAM (Non-Aligned Movement) demi tidak memihak Blok Barat dan Timur. Hebatnya NAM atau Nonblok, dengan tidak berpihak bukan berarti jadi bunglon tapi malah membuatnya jadi kekuatan baru yang lebih besar dari blok Barat dan Timur dengan anggota lebih dari 100 negara, sementara jumlah anggota UN saja di tahun 1961 itu baru sekitar 98 negara. Bisa jadi Bung Karno, Josip Tito, Gamal Nasser, Pandit Nehru dan Kwame Nkrumah jauh lebih berhasil menghimpun negara-negara di dunia dalam membentuk gerakan Nonblok ketimbang Sekjen PBB saat itu, Dag Hammarskjöld asal Swedia yang hanya bisa mengumpulkan kelompok 98 negara dalam damai di masa perang dingin Barat dan Timur. Meski akhirnya Dag meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang di Zambia beberapa bulan setelah gerakan Nonblok didirikan. Entah sekarang kabarnya NAM, Soeharto pernah meneruskan perjuangan Soekarno dan 4 temannya dengan jadi Sekjen Nonblok periode 1992-1995, meski sekarang sekjennya dipimpin Mohamed Hussein Tantawi dari Mesir. Yang pasti, Soekarno memang pemimpin fenomenal yang pernah dimiliki bangsa ini. Selebihnya? Jawab sendirilah…

  15. luqmanhakim says:

    Yang pasti, ini foto-foto Soekarno paling keren bersama icon terkenal sepanjang masa yang gambarnya ada di mana-mana dari kaos, pin, mug, jam dinding, mural di tembok-tembok kota dan di mana saja

  16. luqmanhakim says:

    Rekor Soekarno 2 kali jadi cover majalah TIME sudah disamakan oleh Soeharto, meski dengan pemberitaan yang berbeda tentang Indonesianya Klik foto buat masuk isi berita majalah tersebut, jangan diemut…Majalah TIME edisi 23 Desember 1946Majalah TIME edisi 10 Maret 1958Majalah TIME edisi 15 Juli 1966Majalah TIME edisi 24 Mei 1999

  17. darnia says:

    Generasi bangsa mendatang harus tahu dan rela menerima sejarah moyang dengan apa adanya. <——- INI LHO!!!!!!!– esmosi lagi kalo inget selama ini belajar sejarah manipulasi —

  18. finding3mo says:

    jd inget quote yg udah umum..’kalo ingin menghancurkan suatu bangsa, cukup dgn menghancurkan sejarahnya..’anak skolahan byk yg ga suka sejarah. ada bbrp anak yg tau pak karno itu sbg proklamator aja, taunya presiden pertama itu pak harto..#autongenes

  19. sarapan berat dengan tema sejarahnya mas marto…no commen deh…musti baca bolak balik:D

  20. itsmearni says:

    huaduh berat nih bahasannyanumpang baca aja yo, mbah…komennya nanti-nanti 😀

  21. martoart says:

    fightforfreedom said: *baru lihat judulnya, langsung bikin kopi dulu buat nemenin baca

    Sepertinya akan mengecewakan Bung, karena tidak membicarakan informasi utang saya, sejarah Soekarno yg sampeyan nantikan.

  22. rawins says:

    idealisme mewujudkan pola bhineka tunggal ika politik dengan nasakom, nasibnya sama dengan ajaran-ajaran lainnya yang seringkali gagal di level terbawah. tapi menurutku itu bukan kegagalan seorang sukarno, karena manusia sepertinya memang selalu begitu. jangankan sukarno. kata simbah saja, fakta ketuhanan seringkali jadi mitos setelah sampai ke umat..?

  23. martoart says:

    fightforfreedom said: Melalui prinsip kepemimpinan yg efektif, Sukarno pun dimasanya juga berusaha menyatukan keragaman tsb melalui konsep Nasakom-nya. Meski akhirnya gagal.

    Anda benar bung, penyatuan ideologi itu berat bagi kita2 yang pemahamannya jauh dari seorang Sukarno. Dan itu dengan mudah dimainkan oleh Soeharto dengan CIA di belakangnya. Memainkan solah ketiganya tak mungkin akur dalam ranah kebangsaan. Memang kurang ajarnya, Sukarno keterlaluan dalam hal bereksperimen.

  24. martoart says:

    penuhcinta said: Boleh ya aku baru kasih komen setelah pembacaan kesekian kalinya.

    Sila

  25. martoart says:

    srisariningdiyah said: Sik, mencerna dulu sambil bengong di kereta

    Sila

  26. martoart says:

    bimosaurus said: Konon bung Karno juga menyetir dan membentuk sejarah versi dia sendiri yang akhirnya membuat dia dikenang.

    Tentu saja.

  27. martoart says:

    ohtrie said: …mulai membaca jurnal

    Sila

  28. martoart says:

    seblat said: makanya saya bangga saat terlibat “menjaga” sejarah semburan lumpur lapindo.

    Aku ikut numpang bangga boleh ya Man.Begitu kata Pak Gus Dur (jare tanggaku juga)

  29. martoart says:

    bambangpriantono said: Oo ya oo ya oo ya bongkarOo ya oo ya oo ya bongkar

    Bayangkan kalo namanya ga diubah sama Pak Kemi, dan tetep Kusno…Oo ya oo ya Bungkus..

  30. martoart says:

    bambangpriantono said: Maklum dulu bangsa kita kan tradisinya suka lisan, tidak tertulis jadi versi sejarahnya suka pada kurang nyambung.

    Untung saja masih tersisa banyak prasasti, relief cecandi, dan gulungan lontar di beberapa tradisi. Tapi memang budaya tutur jauh lebih mendominasi.

  31. martoart says:

    rengganiez said: agar kita cinta damai, tapi harus lebih mencintai kemerdekaan.

    Kita akhirnya lebih memilih jadi tukang damai…(Damai saja pak.. berapa?)

  32. martoart says:

    edwinlives4ever said: losers write secret history

    masih draf, sampai saatnya kelak menjadi pemenang..

  33. orangjava says:

    Tempelin tulisan mu ini mbah di Jidat SBY….

  34. martoart says:

    luqmanhakim said: Bung Karno milih jadi orang tengah(?)

    Dalam terminologi sosial-politik, gerakan dan sikap Bung Karno termasuk di wilayah kiri Man. Beliau agak ke tengah-kanan jelang akhir kekuasaannya, sebelum sadar ketika balik kiri lagi, sudah terlambat.

  35. martoart says:

    luqmanhakim said: bersama icon terkenal sepanjang masa

    Lah? Dari mana loe dapetin foto2 gw ini?

  36. martoart says:

    luqmanhakim said: Majalah TIME edisi 24 Mei 1999

  37. martoart says:

    darnia said: — esmosi lagi kalo inget selama ini belajar sejarah manipulasi —

    Habis gitu dipaksa nonton film kelam empat jam…

  38. martoart says:

    finding3mo said: taunya presiden pertama itu pak harto..

    Padahal Prabowo..

  39. martoart says:

    ayudiahrespatih said: sarapan berat dengan tema sejarahnya mas marto…no commen deh…musti baca bolak balik:D

    Sila

  40. martoart says:

    itsmearni said: komennya nanti-nanti 😀

    Sila

  41. martoart says:

    rawins said: tapi menurutku itu bukan kegagalan seorang sukarno, karena manusia sepertinya memang selalu begitu.

    Aku udah balas di komen Iwan, bahwa pemahaman proses eksperimen belum bisa dimengerti seisi lab. Makanya pendidikan amatlah perlu bagi bangsa.

  42. martoart says:

    orangjava said: Tempelin tulisan mu ini mbah di Jidat SBY….

    Lha malah ga kebaca dong..

  43. orangjava says:

    martoart said: Lha malah ga kebaca dong..

    Sodokin kepalanya kedepan kaca….

  44. jadul1972 says:

    Kita kehilangan sosok negarawan sejati

  45. martoart says:

    jadul1972 said: Kita kehilangan sosok negarawan sejati

    lha udah tua ya gimana lagi…;)

  46. wikan says:

    mari bung rebut kembali!

  47. martoart says:

    wikan said: mari bung rebut kembali!

    sila

  48. martoart said: Sepertinya akan mengecewakan Bung, karena tidak membicarakan informasi utang saya, sejarah Soekarno yg sampeyan nantikan.

    aku yakin ini pasti disimpen dulu buat bahan karya masterpiece kelak 🙂

  49. sepunten says:

    Dari judulnya ekspektasiku ada yg mau digugat :)) sbb baru aja aku baca-baca merdeka.com yg beberapa artikelnya ttg Sukarno membahas sisi lain dia…Indonesia ditakdirkan dilahirkan lewat kepemimpinan Sukarno, satu pemimpin yg visioner, keras & berwawasan. Kayaknya gak ada presiden yg sekaya buku bacaanya, koleksi bukunya aja sebelas peti besar, ukuran 1,5 x 1,5 x 4 meter… dengan penguasaan pengetahuan selebar itu, tentunya dia menguasai pemetaan, rasional, vision yg mumpuni… coba bandingin presiden2 kelanjutanya…opomeneh sby, bacaanya apa ya…

  50. pacarkecilku says:

    malem mbah marto,sudah kubaca dan memberanikan komentarwuiiihhhh beraaatttt ;D

  51. luqmanhakim says:

    sepunten said: sby, bacaanya apa ya…

    Kalo bacaannya nggak ngerti, tapi kalo tontonannya; – Tersanjung 1, 2, 3, 4, 5, 6- Segala sinetron lebay di tvNggak heran cara memimpinnya khas tontonannya.

  52. luqmanhakim says:

    martoart said: Dalam terminologi sosial-politik, gerakan dan sikap Bung Karno termasuk di wilayah kiri Man. Beliau agak ke tengah-kanan jelang akhir kekuasaannya, sebelum sadar ketika balik kiri lagi, sudah terlambat.

    Itu bila pilihannya Kanan dan Kiri Mas, tapi masalah blok Timur dan Barat, Soekarno lebih milih Nonblok alias tengah. Alhasil pemikiran dia bersama 4 temennya malah jadi kekuatan tersendiri yang jauh lebih besar dari blok Timur dan Barat.

  53. martoart says:

    luqmanhakim said: Itu bila pilihannya Kanan dan Kiri Mas, tapi masalah blok Timur dan Barat, Soekarno lebih milih Nonblok alias tengah. Alhasil pemikiran dia bersama 4 temennya malah jadi kekuatan tersendiri yang jauh lebih besar dari blok Timur dan Barat.

    oo begitu. dlm konteks itu bisa dipahami. trims

  54. martoart says:

    sepunten said: Dari judulnya ekspektasiku ada yg mau digugat :))

    iya, judul itu agak menjebak. makanya kukasih kutip. ;)eh, link merdeka.kom-nya mana?

  55. martoart says:

    pacarkecilku said: wuiiihhhh beraaatttt ;D

    waduh

  56. sepunten says:

    luqmanhakim said: Nggak heran cara memimpinnya khas tontonannya.

    oh pantesan tersebar luas perkawinanya yg dulu di forum2 itu karena…:))

  57. sepunten says:

    martoart said: link merdeka.kom-nya mana?

    ya web itu, lirik sebelah kanan bawah, selanjutnya banyak artikel2 terkait…

  58. timurcahaya says:

    martoart said: Sejarah adalah sebuah peristiwa bernilai penting dalam perjalanan suatu bangsa dan atau negara, yang nyata, yang tersusun dari runtutan kejadian bernilai kebenaran.

    sebenarnya sulit untuk menamakan sejarah.. sejarah bukan sekedar peristiwa. dalam satu peristiwa, ada peristiwa lain yang bersamaan dan bersinggungan.. ada peristiwa lain yang mendahului dan terdahului… ada peristiwa lain yang menilai dan ternilai… lalu kita secara sewenang-wenang mengambil satu titik peristiwa untuk dipaksakan tampil dalam sejarah…. bagi yang satu peristiwa itu historis, heroik… tapi bagi pihak lain, peristiwa itu traumatis…. bagi yang lain lagi, tak bicara apa-apa…sejarah itu milik siapa?

  59. karonkeren says:

    eh sukarno gemini yah … pantesan hebat kalo berorasi … hehehebtw … sapa bilang damai itu indah … damai itu 50 rebu tauk (kata pak pulisi)*sori lagi kumat ootnya

  60. martoart says:

    timurcahaya said: sejarah bukan sekedar peristiwa. dalam satu peristiwa, ada peristiwa lain yang bersamaan dan bersinggungan.. ada peristiwa lain yang mendahului dan terdahului…

    Itu yang saya maksud dengan ‘Tersusun’. Penggunaan kata ‘Sebuah’ tidak untuk menunjukkan jumlah, tapi untuk menunjukkan ‘kebendaan’. Artinya bukan sekadar satu peristiwa, tapi banyak peristiwa. Mungkin perlu saya rapikan sedikit lagi redaksionalnya.

  61. martoart says:

    karonkeren said: damai itu 50 rebu tauk (kata pak pulisi)

    itu juga yg aku bilang direplay buat Anis.Ah, temenku gemini ga pinter oral. eh..

  62. penuhcinta says:

    martoart said: Tak perlu menebar sikap damai bagi perusak kemerdekaan. Perdamaian adalah semacam keadaan harmonis dalam dunia para peri, sedang kemerdekaan adalah keadaan yang harus direbut serta dijaga dengan keras dan melelahkan, tapi itu nyata, bukan dongeng.

    Sepakat. Tapi entah kenapa mayoritas manusia selalu lebih suka berdiam diri dan menikmati “damai semu” seperti di negeri yang disebut2 Bung Karno dalam porasinya. Apakah itu hal inherent, yang tertanam di naluri manusia? Survival skill mungkin juga karena pura-pura mati gaya posum juga ada di alam bebas. Tapi memang sih dalam lingkaran makanan, binatang yang di rantai bawah yang biasanya bertahan dengan cara cari aman, dari menyamar mengikuti sekitarnya (blending), sampai pura-pura mati, cuma level kadal dan tikus aja tuh.

  63. martoart says:

    penuhcinta said: Tapi memang sih dalam lingkaran makanan, binatang yang di rantai bawah yang biasanya bertahan dengan cara cari aman, dari menyamar mengikuti sekitarnya (blending), sampai pura-pura mati, cuma level kadal dan tikus aja tuh.

    ha ha ha… betuuulll… dan rasanya Sukarno sungguh ga mengharapkan karakter bangsanya seperti itu. Bangsa sekelas kadal dan tikus. omen yang satiris.

  64. timurcahaya says:

    martoart said: Itu yang saya maksud dengan ‘Tersusun’. Penggunaan kata ‘Sebuah’ tidak untuk menunjukkan jumlah, tapi untuk menunjukkan ‘kebendaan’. Artinya bukan sekadar satu peristiwa, tapi banyak peristiwa. Mungkin perlu saya rapikan sedikit lagi redaksionalnya.

    hehehe…bukan untuk mengoreksi sih, tapi sekedar menanggapi.. tentang apa itu sejarah…. kalo tentang soekarno sendiri, saya sendiri masih terus bertanya-tanya…. sebenarnya, dia semakin lama juga semakin tidak demokratis, tidak terlalu revolusioner…. banyak revolusionis lain yang justru dieksekusi karena menentangnya…. saya ga tahu, apakah soekarno terlibat dengan eksekusi beberapa tokoh yang dalam arti tertentu bertentengan dengan dia….. tapi oot ya, saya senang dengan ungkapan Tuhan itu fakta, agama menjadikan-Nya mitos…. ah, masih kalah denga Nietsche… …. pissss

  65. martoart says:

    timurcahaya said: bukan untuk mengoreksi sih, tapi sekedar menanggapi.. tentang apa itu sejarah….

    Ya, juga tak bermaksud mengubah pengertian yang telah saya tulis, hanya mungkin akan sedikit merapikan. kalo sempat. Tentang Sukarno (FYI; tidak ditulis ‘Soekarno’) yang semakin tak demokratis, ya memang itu yang terjadi. Betapa misal akhirnya mengeksekusi Muso, kawan senior kiri dia. Tapi saya memang tidak sedang membahas sejarah Sukarno dalam tulisan ini.Dan Nietsche,… hmm… siapa yang yang bisa mengalahkan orang yang telah ‘membunuh’ tuhan? 😉

  66. timurcahaya says:

    martoart said: Dan Nietsche,… hmm… siapa yang yang bisa mengalahkan orang yang telah ‘membunuh’ tuhan? 😉

    Gott ist tot! Gott bleibt tot! Und wir haben ihn getötet!…pernah membaca B. Russel yang bertuhan tanpa beragama?

  67. liamahyudin says:

    Tulisan yang bagus. Thanks 🙂

  68. martoart says:

    timurcahaya said: Gott ist tot! Gott bleibt tot! Und wir haben ihn getötet!..

    ניטשה, ניטשה, למה הרגת אותי

  69. martoart says:

    liamahyudin said: Thanks

    Thanks

  70. cenilhippie says:

    martoart said: Kemerdekaan Indonesia adalah sejarah. Sejarah pembebasan sebuah bangsa. Dan itu bernilai amat mahal. Meluruskan dari yang bengkok, menjernihkan dari yang kabur, melestarikan sebelum dihanguskan, adalah tugas kita bersama.

    tob!

  71. Judul yang Menggiurkan 😀 Lur… Teori Konspirasi
    Saat ini Indonesia Dengan Birokrasinya yang hancur, Saya pernah membaca buku sejarah waktu di perpustakaan SD, bukunya warna putih, Tebalnya wah pokoknya tebal bangetlah, pembatasnya masih menggunakan benang, tulisan jaman dulu 1912, menceritakan sejarah RI dari awal sampai akhir tibanya kehancuran masa Orde Baru 1998. anehnya ….!!! ko bisa bisa memprediksikan bahwa akan ada demo besar-besaran di Tahun 1998 ?
    disanalah pentingnya sebuah nama juga arti Sejarah Indonesia. yang sekarang itu adalah HANYA 😀 sebuah nama di dalam tataran Pendidikan, dan banyak sekali yang ber profesi sebagai Guru tidak mengkajinya.
    Klimaks….. Terminologinya sekarang itu anak bangsa tidak banyak peduli terhadap sejarah bangsanya sendiri. Moralitas anak bangsa rusak karena sudah dibebani dengan dengan ……

  72. Pingback: Membongkar ‘Sejarah’ Bung Karno – DinamikaPublik

Leave a reply to martoart Cancel reply