Pancasila, masih ingat? Itu adalah dasar negara kita, Republik Indonesia. Sejauh ini namanya masih Pancasila. Belum berembel-embel menjadi Pancasila Liberal ataupun Pancasila Syariatullah. Ikonnya menempel di lambang negara yang juga masih sama, Burung Garuda Pancasila. Isinya juga masih yang lima itu. Saya tulis saja di sini agar Anda tak susah-susah mengais ingatan lama:
Pancasila # 1
Di Satu Juni ini, dengan kacamata baru, saya mencoba kembali membaca falsafah bangsa itu. Merenunginya, saya tak pernah berhenti terpukau dengan kehebatan para pendiri bangsa dalam meramu dasar negara itu. Meski secara redaksional-pembahasaan ada beberapa celah kecil yang cukup layak untuk diedit, tapi secara filosofis, dasar ini lumayan masif.
Misal penulisan yang benar nama dasar negara itu “Pancasila” ataukah “Panca Sila”. Kemudian penyubyekan dan pemredikatan, kenapa mereka tidak mencoba konsisten dengan aturan yang sama? Pada sila pertama ditulis “Ketuhanan Yang Maha Esa“, subyek “Tuhan” dengan predikat “Maha Esa”. Pada sila ke dua ditulis “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab“, subyek “Manusia” dengan predikat “Adil dan Beradab”. Hukum “Subyek” yang “Predikat” tidak diteruskan ke sila ke tiga menjadi “Indonesia yang Bersatu“. Sila ke empat kembali menggunakan aturan itu, dan sila ke lima tidak.
Kemudian sila pertama adalah berupa sebuah pernyataan yang seolah muncul karena tak yakin. Di situ keesaan Tuhan harus ditegaskan dengan kata “Maha”. Tentu tak bermasalah secara bahasa atau redaksional apabila bukan kata “Esa” yang berarti tunggal atau satu, tetapi misalnya Agung, Adil, atau kata sifat yang lain yang tak mengarah ke jumlah. Pada sila ke empat, kita akan menemu kata “Permusyawaratan” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak ada lagi. Atau apabila mengetik “Musyawarat”, Anda akan diarahkan dengan pertanyaan “Musyawarah?”. Paragraf ini tak penting ya?
Saya juga merasa begitu. Yang lebih penting adalah bagaimana mewujudkan kelimanya di negeri ini, meski saya lebih merasa yakin itu tidak dan tidak akan pernah terwujud. Namun begitu, saya tak akan buru-buru melepas kacamata baca saya untuk merenungi Pancasila.
Pancasila # 2
Pancasila adalah tradisi pertentangan ideology masa kecil saya. Di mana ibu guru taman kanak-kanak (TK) melatih saya agar tak gagal melafalkan Pancasila di balai pertemuan kabupaten. Di saat bersamaan, sisa-sisa pelecehan Pancasila warisan kaum komunis masih nyaring kami nyanyikan. Dengarkan penggalan awal bait-bait lama yang mencuri nada Sudharnoto itu;
Garuda pencak silit…
Bapakku gak nduwe duwit…
Atau
Garuda kates gantung…
Pitikku gak wani tarung…
Dan sebagainya. Tapi memang ada satu baris keluputan nasional apolitis, yang mungkin juga Anda tandang. Adalah penggalalan lirik “Pribadi Bangsaku” yang kami lafalkan menjadi “Pribang-pribangsaku“. Di saat saya duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar (SD) di desa, saya mengoreksi ibu guru bahwa lirik “Akulah pendukungmu” itu salah. Saya ngeyel dan mengatakan yang betul “Aku lapendu kemu“. Kengeyelan saya ini mendapat dukungan kelas lantaran sebagai anak pindahan dari kota, intelektualitas saya terlegitimasi. Ibu guru mengalah karena saya anak kepala desa. Dan sejak hari itu, kebenaran sederhana ibu guru desa terpecundangi oleh legitimasi intelektualitas kota yang ter-back up label anak lurah.
Garuda Pancasila…
Aku lapendu kemu…
Yeaaah….
Di masa Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya dan beberapa teman sempat menjauhi segala atribut kenegaraan. Ogah menghormat bendera dan membaca Pancasila. Termasuk malas ikut baris-berbaris dan meledek teman sekolah yang bersaing menjadi pengibar bendera Agustusan. Bagi kami, mereka adalah penyembah berhala dan pengikut Toqut. Bapak curiga dengan perubahan sikap saya, dan tidak diijinkan lagi mengikuti pengajian di masjid dalam bimbingan Mas Udi, simpatisan Amir Biqi yang di kemudian hari dipengadilankan lantaran terlibat Peristiwa Tanjung Priok.
Sebagai gantinya, saya dipaksa ikut kegiatan kepramukaan Saka Bhayangkara. Doktrin cinta tanah air yang mengalir bersama kegiatannya lumayan menetralisasi semangat fundmentalisme Islam yang sempat ada. Tak lupa beliau yang ex-Brigade Mobil (Brimob) itu memupuk sikap bela negara kepada saya, sementara sebagai simpatisan ex-Partai Nasional Indonesia (PNI), bapak mentransfer ajaran – ajaran Sukarno. Dan tentu sebagai kepala desa, bapak juga sedikit banyak menularkan Wawasan Nusantara ala Orde Baru.
Noktah Nasionalisme yang melekat di seragam pramuka saya pelan-pelan terhapus tatkala banyak berdiskusi dengan para calon guru dari Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Sekolah Menengah Atas (SMA) kami. Kembali saya menjadi penentang Pancasila dengan semangat yang berbeda dari sebelumnya. Pada 1985, undang-undang keormasan disahkan. Mereka harus memakai asas formal Pancasila dalam Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga (AD-ART)-nya. Yang menolak akan dibubarkan. Kemudian setempel ekstrim kanan atau komunis siap diterakan. Pancasila adalah asas tunggal tanpa tanding.
Masa perkuliahan diawali dengan ritual yang amat saya benci. Kewajiban bagi mahasiswa baru untuk mengikuti penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) pola pendukung 100 jam. Meprotes pemakalah, mempertanyakan siapa paling bertanggungjawab saat terjadi Gerakan Satu Oktober (Gestok), bercanda mengajak melantunkan “Genjer-genjer” saat simulasi, dan sebagainya membuat saya mendapat nilai “E” yang artinya tidak lulus.
Saya tak peduli. Saya hanya ingin menyayangi Pancasila dari pijakan kebebasan saya sendiri, yang tak berdasar ultra nasionalisme fasistik para penatar P4 itu. Satu-satunya statemen tentang Pancasila yang saya suka justru yang datang dari para senior saat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
“Selamat! Kalian telah selesai mengikuti penataran P4. Sekarang ikutilah Ospek di mana ada penataran P5 di dalamnya
. Kalian tahu apa itu P5? P5 adalah singkatan Pembubaran P4“
Pada tahun-tahun itu gerakan mahasiswa penentang fasisme Orde Baru menguat. Seiring dengan itu, Pancasila menjadi alat penggebug paling keras. Tak sedikit kawan yang mati Fisabilil-HAM karenanya, atau dibui lantaran mengkaji Marxisme. Lagu Garuda Pancasila kembali hadir versi parodinya;
Garuda Pancasila…
Aku tak mendukungmu…
Patriot kok nggak asyik…
Sialnya berkorban untukmu…
Pancasila dasarnya apa?
Rakyat adil makmurnya kapan?
Iba di bangsaku!
Mau maju malu,
Mau maju malu,
Kok nggak maju-maju!
(Marlin Dinamikanto, Pijar Indonesia)
Kemudian 1998 terjadi gerakan reformasi. Gojek alias humor seniman Gampingan saat ospek dulu itu ternyata ibarat doa. Bangsa Indonesia tak lagi menghadapi penataran P4, dan Pancasila tak lagi menjadi asas tunggal. Tahun 2007 gojek para seniman tersebut terancam gojek lain yang tak lucu. Tiga partai besar; Golongan Karya, PDI Perjuangan, dan Partai Demokrat mengusulkan Dasar Negara Pancasila kembali dijadikan sebagai asas tunggal. Namun acara berbalas gojek itu diakhiri dengan gojek paling tak lucu dari Forum Umat Islam (FUI) yang menolak keras pengasastunggalan Pancasila yang sungguh tak demokratis, sembari secara bersungguh-sungguh memenangkan Syariah Islam sebagai gantinya. Bahlul Minannas!
Pancasila # 3
Membaca Pancasila dengan kacamata baru berlensa positif membuat yang kemarin jauh dan buram menjadi lumayan jelas dan dekat. Hingga saya menemu ternyata ada setidaknya empat Penggali Pancasila.
Sukarno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Tak dipungkiri, dia adalah representasi utama penggali Pancasila, meski secara tersirat dia mengatakan hanya salah satu dari para penggali lainnya.
“Jangan dikatakan saya ini pembentuk ajaran Pancasila, saya hanya seorang penggali daripada ajaran Pancasila itu“
(Sukarno, dalam pidato penerimaan gelar Doktor Honoris Causa Universitas Gajah Mada, 19 Desember 1951)
Soeharto, Presiden Ke dua Republik Indonesia. Dia adalah penguasa yang mempresentasikan dirinya sebagai Pancasila. Dia adalah personifikasi Pancasila. Siapa yang menentangnya dianggap juga sebagai anti Pancasila. Yang melawan akan dia gebug! Tabiat otoriternya ini berlawanan dengan prinsip kemanusiaan dan demokrasi yang ada di dalam Pancasila. Dengan kesantunan hipokrisi Jawa, Pancasila dimutilasi sekehendak hatinya. Soeharto Penggali Pancasila, dengan kata dasar “Penggal”.
Pemuda Pancasila (PP). Adalah Organisasi Masa Kepemudaan terbesar di era Orde Baru. Anggotanya banyak didominasi para residivis dan penganggur. Mereka dikumpulkan untuk dibina menjadi anak bangsa yang lebih berguna. Ketangguhan PP tak tertandingi karena Back-up penguasa. Atas nama Pancasila dan kekuatan masa, mereka menguasai relung bisnis elit hingga penguasaan lapak dan area parkiran. Kekerasan adalah modal utama dalam berbakti kepada negeri. Pengabdian yang mereka suka adalah mengusik para aktivis pro-demokrasi. Mereka layak dibabtis sebagai Penggali Pancasila dengan kata dasar “Gali” yang merupakan akronim dari Gabungan Anak Liar.
Front Pembela Islam (FPI). Adalah milisia berbasis agama di era reformasi. Organisasi ini representasi utama penganut teror dan kekerasan berkedok Islam, atau kesukuan yang lekat dengan keagamaan. Mereka tak peduli citra buruk, sejauh Islam dianggap terancam, perempuan dan anak pun tak luput dari gempurannya. Peristiwa Monas adalah salah satu contoh kebrutalan mereka. Komando Laskar Islam (KLI) sebagai sayap militer dari FPI yang sudah militeristik ini menyerang Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) tanpa ampun saat aksi damai kebhinnekaan. FPI sebagaimana organisasi garis kekerasan Islam lain, sangat menginginkan tegaknya syariah di Indonesia. Untuk itu mereka layak ditasbih sebagai Penggali Pancasila sebagaimana Sukarno menggali, namun arah yang berbalik. Sukarno menggali untuk menemu saripati Pancasila dari leluhur Pertiwi, sedang FPI menggali untuk mengubur Pancasila.
Pancasila # 4
“Alas! Panic Pancasila“. Saya berseru sedih, dan nanar membaca lagi Pancasila. Para pendiri yang hebat itu kebangetan juga mewariskan sesuatu yang terlalu besar bagi generasi kerdil Indonesia. Seperti halnya saya.
Bangsa ini seperti bayi yang keberatan nama. Bayi yang gugup dan bingung. Panik karena kehilangan iduknya. Saya hanya bisa menulis dan menggambar di blok ini untuk merayakan warisan ini.
Selamat Hari Lahir Pancasila! Selamatkan dengan cara Anda, kalau mau.
Ngantuk, males ngedit lay out. ntar beresin lagi.anyway, yang OOT anti Pancasila!eh, Pertamax! Ketuhanan yang maha esax!
Happy belated Birthday Pancasila
yang curang , childish n nggabru komen pertamax dilapak sendiri berarti nggak demokratisss… anti pancasila jugaa…!!!
wooo anake lurahe menthol ta ikiii……..
Pribang-pribangsaku…. Kayaknya semua anak SD menyanyikan ini hahaha Konyol sekali elu tuh, anak Lurah petentang petenteng kayak Tommy Soeharto saja hahaha
wakakakkak,apik kiiii… mula saka iku aku kecil dulu demen banget kalo nongkrong di Wirobrajan…….ha ndelok cah cah ISI test mental le ngedan turut ndalan jee……. bagus lagi kalo cah-cah SMSR melu ngompori… ihihiii……
wah ha yo nek iki ki pangananmu saben dina pas isih nang Nggampingan ta mBahhh….rak ya jaman semana base camp e nang nggone Mas Harto Nggampingan kae nek ra kleru lhoo…..! njuk pethenthang pethentheng nek wis nganggo loreng orange kae je….!
1. keuangan yang maha berkuasa2. kemanusiaan yang ga adil dan ga beradab3. disintegrasi bangsa4. kerakyatan dipimpin bukan oleh org yang punya hikmah5. ketidak adilan sosial yang merata di mana-mana
ckckckck.. ancemannya….Met Ultah Pancasila ^_^*semoga masih ada garuda di dadaku
coba liat!!
btw, itu fotomu mas?
tatoin dunk 😀
mBak Pebb…salah itu bukan garuda didadamu ituuu….Kenikmatan yang dipimpin oleh Nikmat Kebijaksanaan dalam permususuan dan Perwakilan keknya yang bener dehh….
ckckckckck…. adek2 kualat semua…*jitaxin satu2
barengan aja mbakkk….jangan satu satuuu….!!!
ckckckckck…… aku dong sedari kecil nasionalis, saben upacara jadi pemegang teks Pancasila ***soale berdiri di belakang podium sing adem.
hmm itu nasionalis ya?xixixixiSMP- SMA gue sering jd pemimpin upacaraSMA kebagian ngelatih upacara.. sampek gesenghmmmm …..*skrg mikir, koq dulu mau2nya ya?xixixixixi peaceeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
aiyakkk, cah D’Brito kok ngomong nasionalis…… di geguyu cah MUHI mengko Dab….!!!
kuwi jaman SD lik… bar kuwi lali carane baris tekan seprene
ngomong2 semua masih pada inget gak penataran P4saya mah lupa looh 😛
saya masih inget kalau tidur di kelas …
asik nih to..untung ya aku langganan martoart.. di majalah2 manapun gak bakalan nemu tulisan macem gini…
jadii ingetnya saat penataran tidur yaa ckckck..gak apal juga dong butir2 pancasilanya.. 😛
yang 36 butir itu ?
Hihi makasih udah diingatkan memori ga enak mengikuti P4 :p. Boseeeen bgt waktu itu.Artikel asik! *itu foto mas marto?*
hahahahhahahaha……isoooo ae
eeh 45 butir tauk..isinya apa aja saya juga lupa siih..yang pasti peluasan makna dari pancasila itukayak isi silake 1 butir ke 1″Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.”biasanya keluar looh klo ulangan umum PMP/PPKN dari SD-SMA dan saya sering itung kancing klo ngejawabnya
oogh itu versi terbaru mbak, jaman saya belum diupdate, masih 36, yang disebut Eka Prasetya Pancakarsa
weks, 45…?kok seingetku cuma 36 taa…? pasal 27, pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaanpasal 28, musyawarah mupakat29, agama dan kepercayaan,30 – 36 membela negara, ekonomi n koperasi, fakir miskin anak etrlantar dipelihara negara, bendera merah putih, wis embuh aku lupaaa……!!! wakakaka….
kuwi khan pasal UUD 45,..yang ikut P4 versi 36 butir tengok siniyang sudah update piagam P4 versi 45 butir longok sini
ini legee mas Trie..itu yang di sebut2 mas trie Pasal UUD atuuh..bukan butir pancasila
wakakakakk…ha pertanyaane wae aku wis ra nyam,bung blas ngene jee…..pantes jawabane salahh….mangsude ki BBP sing kuwi taa….wis embuh lahhh, Nitaaa, Kang Tampahhh, nang program linux lan windows mu kuwi ra aba kaya ngono kuwiii……!!!anane ubuntu…..
dipastiken iki oknum anti pancasila,…biar nanti digebug cak Marto
iya udah ada penambahan di masing2 sila..jadi bertambah 45..Ok thx infonya mas tampah..
postingan yang luar biasa dengan wawasan yang juga menakjubkan
banyak banget 36, 45punyaku cuma 2 butir
jadi inget kapan itu di Mata Najwaseharusnya hukum agama di Indonesia ini mengikuti Pancasila :>
huahahahhaucapan si ibu 😛
Sapiiikkk…!Beneran nih cuman dua butir, dalam hal ini terdapat pengecualian tugas satpol bubu tanpa memeriksa kelayakan anda langsung dibawah pengawasan dirjen pembinaan umat lhoooo…!
inget!!dibentak bentak mulu, trus disuruh baris sambil berjemur, baris berbaris, upacara, push up…hadoooh…
Jangan salah .. orang-orang koruptor, petinggi2 instansi itu jago-jago alias sudah maqom kyai lho di pancasilanya..
See? Five is one too much.
hahaha keingetnya yang ituntu mah namanya Ospek dani..(eh sama aja ding pokoknya pas jadi siswa baru dah)penataran P4 ntu tuuh yang jabarain ttg pancasila n butir2nya..bikin ngatuukk.. 😀
ooooo yang ini????pantes gw gak inget, mbak Nitudah merem aja bawaannya dan berakhir disetrap di lapangan berpeluh-peluh ria 😀
ternyata mbah lebih nasionalis dari FPI bahkan sibuya… buktinya setiap hari bersejarah ada ulasanya :))
Betul sekali Trie, masih ingat aja dikau! Mas Harto kayak ngerti banget gimana ndeketi anak ISI. Tapi hanya bisa berkolaborasi ma baret ungu aja.
yang dasar dan ideal hanya bisa dihapalkan dan dikenang-kenang. tulisan bagus, mas marto 🙂
aku yo bekas anak lurah…. anake marhaenistapi kok gak bisa bikin tulisan keik ini yo…
sesama bis kota dilarang saling mendahului …
dengaren ra onok gambare kang ? ojo sing celonoan cingrang kae !!! ra seneng aq !!
lagi arep tak leboni gambar parodine. hehehe…
awas kuwalat kowe
Luqman soale kaum jenggotan
luqman lom baca Gam. lagi ngaji
anjreeet kenapa seh susah banget ngelayout pake IE?
di maklumi untuk wilayah indonesia IE sering gak Support..Udeh pake Mozilla ajahatau Chrome
yang ini kaum duafa
bwehehehehhe….ha ya ora mung inget mBahhh…arepa sampean wis mahasiswa aku isih umbelen ningo reti mas Harto, wong anake Pakdhe Pawiro jee…. asem ik, bul donya ki cilik taa….
wakakakkak…aku ngakajk weruh ilustrasinee mbahh…..
arggg..gak ada matinya nih tulisan yang bagus, keren eui…
mBahhh, njaluk idin ku grab gambare yaa nuwun….
Tks Mas Marto atas penggalian sejarah dan aplikasi panca sila dari masa ke masa, dari sejak penggali, penggal-i, penggali kubur, dan seterusnya. Mencerahkan sekali bikin bibir tertarik sedih dan dahi sedikit berkerut, karena sekarang semakin p-engga-li-at refleksi panca sila dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin perlu didengar pendapat orang sebrang yang sering bilang: sila duduk puan dan tuan, sila makan, dan sila-sila yang lain.
Copy paste ide, ke jamaah al fesbuqiah
mas marto…kenapa sih lambangnya pancasila nengoknya ke kiri?
iya, berpose Tan Malaka. hehehe
aneh, bukannya Arab punya persediaan lebih? xixixixi
sila!
Sila Trie!
He he.. ini jawaban seriusnya:Lambangnya sendiri menengok ke kanan kalau dari arah kita yang melihat, lambang menengok ke kiri. Hampir semua lambang negara di dunia yang memakai ikon burung, menengok kanan. Setahuku cuma Suriah yang ke kiri. Atau sebagian yang lain mau adil dengan menengok kanan-kiri (berkepala dua).
wakakakak…ending creditnya mantep Gan…!!!ide tulisan dan ilustrasi mencomot dari seorang teman yang mengharamkan facebook
versi komplet gubahanku wes tak kirim ke seorang teman yang mengharamkan facebookhahahahaha
iya iya…ntar kalau garudanya kidal baru deh nengok ke kiri…
Lambang yang tengah kukira beringin. . .salah to. . .Gabrukk !!
mas Marto:seperti biasa terbit di SK apakabar.ws terima kasih
isa dishare link e dab…?
OOT ah..OOTEEEE…. :Dsaya dulu saka kencana, urusannya ama alat kontrasepsi. klo dpikir2 gunanya sekarang apa ya? hahahaahhah XD
gak nyambung dengan kerjaan sekarang ya? itu ibarat beli sutra gak dipake. hehehehe…
yah bisa djual lagi sih sebetulnya hahahahah…
Ngomongin gw ya…
Energi gw lagi abis, pengen banget ngomentarin panjang, apalagi pas tadi ngobrol tentang 3 anak kost Cokroaminoto. Tapi salut, masih berani menggali hal sensitif begini macam Sex Pistols nyanyi lagu Anarchy in the UK di atas kapal laut ngelewatin Sungai Thames. Gw masih berpikir Mas, nggak semua keparat memahami pengkritisian dengan baik dan ketaqlidan yang memenuhi isi kepala. Kayak begini emang enaknya diobrolin langsung, lewat tulisan terbatas sama kecepatan mengetik plus daya melontarkan pendapat dengan tangan. Beda otak yang sinkron sama mulut, bisa langsung bantah-bantahan langsung…
emang slama ini nengoknya kmana sih?….*lupa*
agree….!sampai skarang ga ngerti knapa harus menghabiskan waktu untuk acara P4 itu….ga guna!
untungnya dulu ga sampe ikut baris berbaris paskibraka, kalo iya, sekarang aku pasti udah malu n bunuh diri, pun aku sekarang ikut prancis aja egalite, liberté sexualité xixixixi
P4 kayaknya ga pernah berhasil membuat saya jadi nasionalis. soalnya ketiduran mulu kalo lagi mata pejaran itu. hahaha…mau bolos takut, soalnya guru yag ngajar temen bapak, aih…
Zaman soeharto dulu jg smpt ada panca usaha tani kan?
pancasila versi gue …1. Google Yang Maha Esa2. Internet yang adil dan beradab3. Persatuan Facebook dan Multiply4. Blogging yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan5. Rapidshare Premium bagi seluruh rakyat Indonesiahihihihihihi
keren! tapi si twit loe kemanain?
gue gag twitwitan … malesin twit, bikin ym dan conversation tatap muka jadi gak asik lagi tuh twitter
jadi pengen ke kota tua…loh!!!!!!
Oh?! Pancasia dah “dimuseumkan”?
di fosilkan bahkan @_@
Untuk sila ke tiga Mas Marto memberi “masukan” Indonesia yang Bersatu, kalau sila ke lima juga mau di susun ‘subyek-predikat’ “masukan”nya apa Mas?…….Penting nih…. Tar kita rame-rame usulin perobahannye……….he…he….jawab ya….
Mungkin “Indonesia yang berkeadilan-sosial bagi seluruh rakyat.Tapi ini gak gitu mendasar sih, hanya pembahasan pembahasaannya aja.
Mungkin ini kali ya yang mendasar ( he.he…setidaknya dari kacamata saya )…..Coba saja di “kebet-kebet” lagi catatan sosial budaya Bangsa Indonesia…..ada keterpisahan yang “kokoh” antara kelompok elit dan awam ( ada juga yang di tengahnya ). Segelintir elit lah yang kemudian ‘memutarkan’ roda pendobrak menuju kemerdekaan, kelompok awam mengikut dengan fanatisme yang tak diragukan lagi.Nah pengertian tentang berbangsa dan bernegara, idiologi, politik, bahkan makna kemerdekaan dalam bernegara dan berbangsapun adalah “milik” segelintir kelompok elit. Lagi-lagi kelompok awam mengikut dengan fanatismeyang tak diragukan lagi.Setelah kemudian diproklamirkannya Negara Republik Indonesia, lahir “kewajiban” untuk mengorganisir rakyat dan negri se Indonesia.( Karna Belanda maupun jepang lalu pergi begitu saja, ada sih sedikit campur tangan ). Pada saat “kewajiban” itu muncul di mulailah ‘kepanikan’/demam panggung’ pada kelompok elit negri ini. Sementara suka cita dan antusiasme kelompok awam begitu membara bergelora meneriakkan ” Merdeka!…Merdeka!…. “Sampai hari ini-pun Republik ini masih terus merasakan dan atau menyaksikan kepanikan kelompok elit lama maupun kelompok elit baru dalam mengelola Republik ini……..Yah untuk meredakan ketegangan berileks-rileks lah dengan kegiatan “bagi-bagi Kue”…..he…he….
Udah tradisi. Bangsa2 dunia juga gitu, beberapa mampu membenahi dan kelak lumayan adil berbagi kue.kita aja yg mandeg dan makin puruk.
Cak tahu nggak , Soekarno memang bukan ‘Pembentuk’ Pancasila, yg Membentuknya sesungguhnya adalah seorang “teman”nya Soekarno berasal dari Jawa Timur. Penerusnya hingga kini masih ada. Dengan beliaulah dahulu Soekarno mengkaji filosofi Pancasila. Soekarno sendiri awalnya menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa di sila ke-tiga.
Beliau menempatkan Ketuhanan di sila ke lima. Tapi itu bukan berarti bersifat kronologis yang meragukan ketuhanannya. tenang aja.Setahu aku adalah Dr. Radjiman. Beliau memang orang Ngawi (Jawa Timur) dan konon menyusunnya di sebuah kecamatan bernama Walikukun.
Ada lagi mas, seorang tokoh sufi.
ah, ogah nulis berdasar bahan dan sumber gak jelas. thx anyway.
kemekelen aku…nyuwun ngapunten…duhh terngiang jaman TK, pribang pribangsaku……
asem ik ndelok logone marake ngakak
nyimak aja , salam kenal
pas lg adem gini baca ulang…knapa jd sedih ya…
*belajar menghayati Pancasila*
nyempetin baca di sela-sela kerja, tiap ketemu bagian yang unik dan lucu, pengen komen, tapi, entar aah … nyelesaiin baca dulu. …setelah selesai baca, trus baca komen-komen yang ada, eh … malah ilang semua yang tadi mau kutulis untuk berkomen-ria.ya udah, pertanda aku udah selesai baca, aku nulis ini ajah!nice weekend, Kang ^_^
oh ya Kang,meski saat ini ga ada even yang berkenaan dengan Pancasila, aku pasang link page ini di FB-ku ya?tararatenkiu!*_*
slam knal pak,,ada bgian dri tulisan ini yg mw sy kutip,,kbtulan sy ngmbil studi kasus ttg pancasila..trims sblumnya..^_^
Salam kenal kembali Medya. Trims dah baca postinganku.Silakan kutip namun baca ini dulu lebih baik Medya: http://martoart.multiply.com/