The Childish Marto

“The little child inside the man”, begitu kata John Winston Lennon dalam sepenggal lirik lagunya berjudul “Woman”. Walau toh dia berbicara dalam konteks kecemburuan, sifat kekanakan itu sepertinya bisa terkutukkan kepada setiap lelaki di wilayah tertentu manapun.

Saya kebagian di wilayah suka marah tiba-tiba, untuk hal yang sebenarnya tak perlu. Itu kata pacar saya. Tapi tentu saja saya tak setuju, dan segera ngeyel. Dan menurutnya pula, ngeyelisme itu juga bagian dari sifat kekanakan saya. Meski kengeyelan saya kadang tampak akademis, tak jarang lebih seperti anak yang tak mau terima pendapat orang lain. Dan itu sering menjebak saya untuk banyak hal.

Seperti ketika saya tak terima dengan dieditnya beberapa ilustrasi dalam proyek komik dan ilustrasi untuk Save The Children berikut ini;

Logo The Gembels. Logo ini sedianya akan hadir di dalam komik sebagaimana yang ada di sini, tapi alasan kesantunan lembaga ini terhadap sejarah Orde Baru, maka tak jadi tampil. Saya menganggap logo yang terbangun dari rangkaian huruf “T” dan “G”, dengan warna merah dan kuning adalah wajar, sedang bagi rekan yang rentan terstigma, itu menjadi terlalu semata-mata.

Ilustrasi tentang pedofili, saya menggambar seorang pelaku pedofil legal tenar, Syeh Pujiono dengan Si kecil Lutfiana Ulfah yang tak sadar sebagai korban. Mulanya seperti sketsa di halaman ini, tetapi di tengah perdebatan rapat di puncak, kesyehpujian dilucuti (yaitu tasbih besar yang acap melingkari lehernya) dan keulfahan juga ditanggalkan (yaitu jilbab yg biasa dikenakan). Maka pelaku pedofili tak langsung merujuk ke contoh nyata yang ada. Dengan begitu lembaga besar gabungan UK – US ini lumayan aman dari jilatan kemarahan kaum sensitif Islam.

Yah, dan tentu saja ada lagi beberapa, namun saya harus segera berlatih membiasakan diri menjadi orang tua yang hati-hati. Saya belajar bagaimana melihat yang namanya tim berkinerja, juga belajar bersinergi dan berstrategi. Dan “Petualangan Para Gembel”, setebal 62 halaman yang saya gambar tanpa skil, sekaligus ceriteranya yang bertema children rights itu akhirnya jadi juga.

Rencananya komik ini akan ikut dipamerkan dalam acara gabungan beberapa NGO Anak Internasional di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini Jakarta Pusat, Hari selasa, Tanggal 25 Mei 2010. juga di Yogyakarta pada awal-awal Juni. Ada pentas teater oleh anak, ada Efek Rumah Kaca, pameran mural, diskusi, dan sebagainya. Mungkin dimulai sekitar pukul tujuh malam (ketakrapihan beragenda ini juga bagian sifat kekanakan saya). Saya pun tak ingat, untuk ikutan acaranya apakah perlu undangan atau tidak, sebab konon komik ini juga dibagi buat beberapa anak. Tapi untuk lihat pamerannya, siapapun boleh datang.

Oh iya, potongan komik di atas adalah sengaja,
demi etika tayang sebelum yang punya gawe bikin pameran. Kalau mau lihat lengkapnya, di pameran nanti bisa ditemui komik yang dicetak ukuran besar nya. Gimana?

Semuanya tak penting, yang penting adalah bagaimana kita berpintar-pintar menunggangi acaranya untuk bermultimeeting! Yuuuukkkk…..