Giliran Saya Bercinta! (3)

Tulisan ini tentu saja sambungan dari babak ke dua serial tulisan tentang cinta. Juga tetap dalam rangka merayakan indahnya Bulan Suci Valentine.

Aku ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan Kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api

Yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan

yang menjadikannya tiada

(Sajak Sapardi Djoko Damono, hasil ngembat karya sastrawan Amerika latin Pablo Neruda. Digarap apik menjadi lagu yang dilantunkan Asti Asmodiwaty. Saya tak akan membahas polemik ini)

Profesor Bakdi Sumanto, pengamat sastra mengatakan bahwasannya cinta dalam puisi itu contoh cinta agape. Saya tak sepakat dengan pilihan istilahnya. Sebab barangkali yang dimaksud beliau adalah cinta platonis. Cinta agape adalah yang memuja. Tak henti meski ditolak, cinta nan tanpa syarat. Sedang platonik adalah cinta yang tidak kesampaian bukan karena penolakan, tapi karena memang tak disampaikan. Film “Malena” yang tokoh utamanya diperani oleh Monica Beluchi menggambarkan dengan apik seorang anak kecil yang platonik kepadanya.

Cinta agape, pun platonik adalah bukan cinta yang sesungguhnya. Karena kehilangan unsur nafsu. Agape dan platonis yang saya sebut tanpa “Cinta” di depannya, adalah mirip kepatuhan malaikat yang tanpa pamrih, meski tak terbalas secara nafsi oleh Allah.

Barangkali sejalan dengan apa yang dikatakan Anand Khrisna: “Cinta tingkat rendah adalah yang mengutamakan kepentingan sendiri dan tak menghiraukan pasangannya. Cinta menengah adalah yang mengupayakan keduanya bisa menikmati. Cinta tertinggi adalah yang hanya menyerahkan kenikmatan cinta kepada pasangannya, tanpa peduli diri sendiri”.

Saya setuju susunannya, tapi tetap tak setuju pengistilahannya. Cinta tingkat rendah yang disebut Anand juga bukanlah cinta yang sesungguhnya. Tentu karena menghilangkan elemen kasih sayangnya. Tabiat setanlah yang berlaku. Demikian juga cinta teringginya yang tak layak disebut dengan cinta karena melalaikan elemen nafsu. Dan itu wilayah ke-sayang-an para malaikat. Sekali lagi, yang tak menaruh nafsu ataupun yang menyingkirkan kasih sayang, adalah bukan cinta.

Tapi kalau toh agape masih dianggap sebagai cinta, ya silakan saja. Egepe!

Love

Love is you

You and me

Love is feeling

To
be love

(John Winston Lennon)

Namanya Rose, seorang teman, bertanya begini: Kalau dua insan baru kenal, kemudian terjadi kisah one night stand (ONS). Di sana ada kasih, ada nafsu, keduanya suka, menikmati pertemuan itu tanpa ada yang merasa terpaksa, pun dipaksa. Sampai pagi, sampai masing-masing pergi dan tak pernah bertemu lagi, namun jelas ke dua elemen terpenuhi. Apa itu layak disebut cinta?

Saya menjawab bahwa itu bukan cinta. Itu hanya wajah lain dari agape, yang juga tanpa pamrih. ONS menafikan faktor perekat, dan mungkin memang tidak perlu perekat. Pada beberapa kasus, kehadiran faktor perekat justru dianggap mengganggu kisah ONS itu sendiri. Toh jika pada puncaknya bakal menyembur lendir yang lengket-lengket, itu bukanlah perekat yang dimaksud.

Faktor Perekat bersifat bebas nilai. Kehadiran atau tidaknya tidaklah menambah ataupun mengurangi nilai ke dua elemen cinta tersebut. Kehadirannya hanya menyempurnakan ke dua elemen cinta itu menjadi cinta atau bukan. Sementara cinta atau bukan cinta, tidak menunjukkan sebuah nilai. Tentu berdasar dari siapa yang melihatnya. Bagi Sang Penguasa Nafsu, Adam tak lebih mahluk lempung yang dari mata iblis tak sehebat api. Bagi Sang Penguasa Sayang, Adam sekadar mahluk yang hanya akan menimbulkan kerusakan di muka bumi dan saling berbunuh.

Dalam ONS tidak ada posesivitas, tidak ada transaksi uang atau jasa. Hanya bisa terjadi apabila keduanya merasa seimbang, masing-masing memiliki integritas, pride, dan inter-dependensi. Dan jangan salah, hal ini bisa berlangsung langgeng tak cuma one night stand tapi bisa ber-night-night.

Free Sex > Safe Sex

Konsep kebebasan seksual (Free Sex) seperti ONS tersebut banyak dijalankan para penganut Hippies, Generasi Bunga di Era 60-an. Generasi yang bersanding lekat dengan Sex, Drugs, dan Rock n’ Roll. Sex bukanlah sesuatu yang harus disakralkan sebagaimana aturan orang tua puritan dan umat gereja, tapi bebas dinikmati tak perlu sembunyi-sembunyi penuh hipokrisi. Sebagai sebuah gerakan budaya perlawanan kepada para politisi dan tentara penyuka perang. “Make Love, Not War”, begitu slogannya.

Bunga tak selamanya tumbuh mewangi. Permasalahan seperti hidup tanpa kerja sebagai manifestasi anti kemapanan membunuh mereka sendiri. Apalagi ketika harus menghidupi dan merawat anak. Hubungan dengan pasangan sering terganggu. Kecanduan akan narkotika memorak hidup, ditambah sipilis yang menyerang kelamin mereka.

Maka terjadilah revolusi seksual berikutnya setelah Era Free Sex, yaitu Safe Sex. Adalah semacam hijrah dari kebodohan konsep Free Sex menuju kesadaran akan pentingnya kesehatan seksual dan pengaturan kelahiran anak. Maka kondom dan alat kontrasepsi lain menjadi jalan yang paling masuk akal dalam menyelesaikan
permasalahan itu. Bunga kembali tumbuh. Berkembang lebih subur dan harum. A
turan universal yang diterapkan dalam kesepakatan inter-personal semakin dihargai. Gender Equal Right juga semakin dihormati. Sangat paham proses reproduksi, kesehatan, dan tentu saja tanpa melupakan kenikmatannya. Namun bukan berarti lantas terbebas dari masalah. Negara yang justru dirugikan; Tingkat kesehatan penduduk meninggi, tapi tingkat kelahiran menurun. (Bersambung)

This entry was posted in Budaya. Bookmark the permalink.

35 Responses to Giliran Saya Bercinta! (3)

  1. martoart says:

    Mang’ap neeh kawans, saya kalo bercinta emang biasa panjang dan sekali maen bisa beberapa rokaat. He he he…

  2. agamfat says:

    Kalau bercinta jamaah pernah kang? Jadi imamnya? Kalau makmumnya laki-laki semua gimana dong? Hehehe

  3. agamfat says:

    Tak pikir akan mengumumkan undangan janur melengkung sekarang… Berarti edisi depan kang?Btw, Sapardi ambil puisinya dari penyair Latin itu seperti apa duduk perkaranya?

  4. sepunten says:

    wah masih bersambung… :)tak pikir udah klimaks di segmen sex ini… heeelanjuuut mas….

  5. masih belum komen juga….

  6. ujiarso says:

    martoart said: Maka kondom dan alat kontrasepsi lain menjadi jalan yang paling masuk akal dalam menyelesaikan permasalahan itu.

    kapan pemakaian kondom marak di Indonesia? ini asyik lho kalo dieksplor perubahan – perubahan perilaku para pencinta semenjak kondom diperkenalkan

  7. klewang says:

    jadi ingat sebuah banyolan, tapi juga wacana logis yang kulihat di film “idiocrazy”.bahwa kelak dalam berevolusi manusia bukannya semakin cerdas tapi malah sebaliknya, semakin idiot. karena mulai sekarang pasangan2 cerdas kalo mau bikin anak terlalu banyak mikir. pertimbangan ini itu dsb. tapi kalo pasangan2 yang o’on selalu produktif-entah disengaja maupun tidak.aku ngakak sampe gulung2 saat film itu menggambarkan dunia masa depan, dimana para pria cuma ngandalin otot machonya sedangkan wanitanya pada dandan seronok pamer komoditi seksual.sebuah spekulasi yang masuk akal..

  8. martoart says:

    >Agam; Maksudmu kita bikin aliran Ahlul Jinah Wal Jama’ah? Aku makmum aja, sampeyan EO-nya. : Urusan janur melengkung… he he janur lurus terus ki… : Urusan Sapardi, yaaaah, biar jadi urusan dewan sastra aja. Kita bercinta aja disini. > Heri; Klimax-nya di rokaat ke empat.>Doni; Wah, aku jadi ngeri nih, kamu tampung terus, ntar begitu kamu komen pasti muncrat banyak..he he…> Dab Uji; Di Indonesia marak seiring dimulainya program Keluarga Berencana (KB). Ayo wan kawan, siapa mo eksplor perkondoman ini?>Klewang; Yah film itu tercipta dari kegelisahan yang ada. Memang spekulasi yang masuk akal. Temen juga rekomendasikan, aku mo cari tuh, belum nonton. Harus nonton.

  9. wonderguitar says:

    ada pertanyaan chessy dan ngepop cupu nih… mana yang cinta beneran dan harus dikejar kalo ada dua pilihan: (1) sama pasangan yang sudah berkomitmen tapi rasanya hambar karena dah kelamaan, atau (2) sama orang baru yang masih menggebu-gebu dan benar-benar berbeda dari pasangan sebelumnya…?Hehe… sekalian aja situ jadi konsulat percintaan… tabik!

  10. cenilhippie says:

    semakin menarik……masih tetep horny….menuju klimaks….:D

  11. martoart says:

    > Nosa; Rasanya itu sebuah persoalan, dan pelakunya bisa saja memilih setelah saling berkomitmen pula. 1) biasanya (biasanya), kasih sayang berbanding terbalik dengan nafsu. Hubungan ortu kita, atau kanek kita semakin menjadi sebentuk pertemanan hidup ketika semakin menua. Gairah syahwat menurun, dan mereka makin dekat bersahabat. Itu mekanisme alam juga. 2) Kalo gairah gak mo turun, ada yg berkomitmen tuk kawin lagi (yang seharusnya berlaku bagi keduanya). Atau berkomit untuk share pasangan (swing, orgy, dsb). Hal ini lebih membuat rasa nyaman untuk menghindari tindak sembunyi-sembunyi ngentot orang lain. Atau, berselingkuh dengan cerdas. Artinya, jangan membuat pasangan utamamu merasa tereliminasi, terbodohi, tertipu. Jangan kurangi rasa sayangmu. Bikin dalih yang sangat masuk akal, konstruktif, yang membuat pasangan nyaman tak merasa dikadalin. Begitu.>Cenil; Tahan.. tahan.. uuuhh…dikit lagi beibeh!….

  12. wonderguitar says:

    hahaha…gila sampeyan!cepet upload yang ke empat! jalat, bikin konak kentang. kalo cenil enak, Coitus interuptusnya cuma kesel…. gue? pusing!!lekas!

  13. agamfat says:

    Kang Martoart jadi imamnya Ahlul Jinnah Wal Jamaah mau? Nanti Jinahnya rokaatnya panjaaaaaaang….Sesuai hukumnya, maka perempuan di belakang atau di bawah, laki-laki di depat atau di atas….

  14. martoart said: Tingkat kesehatan penduduk meninggi, tapi tingkat kelahiran menurun.

    …and I’m one of the agents. Hahaha!!!Actually, the nation gets the greatest advantage of all: less and less politicians produced for the future world.

  15. martoart says:

    >Nosa; Kok gila? bukannya perasaan bisa diubah dengan kendali dan latihan? Kalo orang bislatihan sabar, tentu juga bisa latihan tahan cemburu. Cuma kita pikir susah karena dihadang norma dan agama ajah. Untuk jadi swinger misalnya, tentu butuh latihan, dan keberanian memulai. Masalahnya aku (pun) belum begitu bernyali untuk ke arah itu. orang2 berkelas sexual ma’rifatullah aja yang bisa sampe ke sana. epilognya, tahan ya… dikit lagi.>Agam; Tugas mu sebagai EO buat ngumpulin masa, eh umat>Trias; Politisi yg makin berkurang adalah keuntungan bagi negara? bagi rakyat kali… makin berkurang politisi, makin dikit rakyat ketepu.

  16. martoart said: >Trias; Politisi yg makin berkurang adalah keuntungan bagi negara? bagi rakyat kali… makin berkurang politisi, makin dikit rakyat ketepu.

    Yup, you’re right. But, a nation belongs to its people; when owned by less, no politics is required since everyone gets their share. The nation will be manageable straightforwardly and efficiently as a result.By the way, does it happen to Brunei?

  17. martoart says:

    yashartaholic said: when owned by less, no politics is required since everyone gets their share. The nation will be manageable straightforwardly and efficiently as a result.

    Hmm… ngomongin cinta, jadi politik deh. Ok, Gpp asal gak keterusan menjauh dr topik. Gini, sepertinya kamu penganut “kecil itu Indah”. makin sedikit yg ngurus negara, makin gak repot ngurus negara itu sendiri, dus ngurus rakyatnya. Itu kalimat halus dari Diktatorriat Minoritas sebenarnya sih. Ntar kita lanjutin di kamar chating aja coy!

  18. ravindata says:

    kamu nuturi rose kayak gibran di sang nabi .. ha ha ha

  19. luqmanhakim says:

    martoart said: Agam; Maksudmu kita bikin aliran Ahlul Jinah Wal Jama’ah? Aku makmum aja, sampeyan EO-nya.

    Ha ha ha… Geblek abisss…!!!

  20. chanina says:

    aku ODS wae, One Day Stand, maksud e ngaceng siang2 ha ha ha, anyway kenapa juga musti dihubungkan sama malam yang gelap2 padahal siang-siang juga asik, apalagi kalo sama suami orang :p

  21. roseapple says:

    i never asked that…or did ???

  22. tiarrahman says:

    numpang angkat isu di atas di MP saya ya Mas…

  23. martoart says:

    silakan… semoga bermanfaat (biyuuh!)

  24. martoart says:

    roseapple said: i never asked that…or did ???

    safe the best for last!

  25. ohtrie says:

    martoart said: Saya tak akan membahas polemik ini

    huwaaa…rupanya masih polemik juga disini mBahh….

  26. rirhikyu says:

    ohtrie said: huwaaa…rupanya masih polemik juga disini mBahh….

    wakakakakakakakakaDuh gak konsen bahas ini sambil kerja eui 😀

  27. ichamary says:

    Bagus paparannya, tidak biasa. Sampai sekarangkadang gw binun dengan deskripsi cinta, mungkin pengertian dari Anand Krisna bisa dijadikan masukan ?Untuk era sekarang, mungkinhanya secuail persen orang masih percaya dengan C I N T A ?

  28. martoart says:

    ichamary said: mungkin pengertian dari Anand Krisna bisa dijadikan masukan ?

    ini tulisan ke tiga dari empat serial. Adnan dah kubahas di salah satu serinya. Baca secara urut, ntar ketemu deh.

  29. ichamary says:

    martoart said: ini tulisan ke tiga dari empat serial. Adnan dah kubahas di salah satu serinya. Baca secara urut, ntar ketemu deh.

    Iya sorry mbah, gw ga baca sistematis tapi acak.coba gw urutin baca dulu ya

  30. k4yren4 says:

    Haduhhhhh….. ketinggian, saya belum cukup umur nih.. hihihi

  31. martoart says:

    k4yren4 said: Haduhhhhh….. ketinggian, saya belum cukup umur nih.. hihihi

    sini tak cukupi

  32. k4yren4 says:

    martoart said: sini tak cukupi

    HAHAHAAA… Edan!

  33. wikan says:

    ini tulisan sudah dua tahun lalu tapi masih relevan saja 🙂

Leave a reply to wikan Cancel reply